SUBANG | POROSNUSANTARA.COM — Di tengah riuh ribuan peserta Festival Galuh Pakuan Cup, sosok Zahra Permatasari mencuri perhatian. Bukan semata karena kepiawaiannya menari Jaipong, melainkan karena latar belakangnya yang tak lazim: atlet Muay Thai seni yang juga konsisten menorehkan prestasi di dunia tari tradisional Sunda.
Zahra memperkenalkan diri sebagai penari dari Sanggar Galaxy Nongnong Art, Kota Bandung. Meski berdomisili dan bersekolah di Subang, Zahra memilih bergabung dengan sanggar di Kabupaten Bandung untuk mengasah kemampuan seninya.
“Basic-nya saya memang di tari. Jadi selain hobi, ikut Festival Galuh Pakuan ini juga bagian dari perjalanan Zahra di dunia tari,” ujar Zahra.
Atlet Muay Thai Kelas Seni
Di luar panggung tari, Zahra dikenal sebagai atlet Muay Thai kelas seni, khususnya pada nomor Wai Kru dan Muay Aerobic. Disiplin latihan menjadi kunci utama dalam membagi waktu antara dua dunia yang sama-sama menuntut konsistensi fisik dan mental.
“Latihan Muay Thai hampir setiap hari. Kalau latihan tari, biasanya di rumah atau diselingi saat ada waktu senggang. Kalau jadwal Muay Thai, ya Muay Thai dulu,” tuturnya.
Kemampuan mengatur waktu itulah yang membuat Zahra tetap kompetitif di dua bidang sekaligus, tanpa harus mengorbankan salah satunya.
Dukungan Keluarga Tanpa Syarat
Di balik ketekunan Zahra, terdapat dukungan penuh dari orang tua. Setiap agenda latihan, baik Muay Thai maupun tari, selalu difasilitasi keluarga.
“Orang tua sangat mendukung. Kalau latihan Muay Thai diantar, latihan tari juga diantar. Alhamdulillah selalu didukung,” katanya.
Menariknya, Zahra menegaskan bahwa tidak ada latar belakang seni maupun atlet dari keluarga. Semua berangkat dari kemauan pribadi yang diasah sejak kecil.
Sembilan Seri Galuh Pakuan, Konsistensi Prestasi
Zahra bukan pendatang baru di Festival Galuh Pakuan. Ia telah mengikuti ajang ini sejak seri pertama, dan kini memasuki seri kesembilan—sembilan tahun berturut-turut menjaga konsistensi.
“Zahra sudah ikut Galuh Pakuan dari seri pertama banget. Jadi sekarang sudah sembilan tahun,” ujarnya.
Prestasinya pun konsisten. Hampir setiap tahun, Zahra naik podium. Pada penyelenggaraan sebelumnya, ia meraih Juara 1 kategori Tunggal Junior dan Juara 2 kategori Duet Senior.
“Alhamdulillah juara terus. Kalau dihitung-hitung, juara satu mungkin sudah lebih dari empat kali,” katanya.
Kekalahan pun pernah dialami, salah satunya saat berhadapan dengan Sanggar Rumah Tari Pangesti, yang kala itu membuatnya berada di posisi Harapan Dua.
Persiapan Panjang dan Biaya Mandiri
Untuk Festival Galuh Pakuan seri kali ini, Zahra melakukan persiapan sejak bulan Juli, atau sekitar lima bulan sebelum tampil. Kostum tari yang dikenakannya merupakan hasil sewa dengan sentuhan personal.
“Kostumnya sewa, tapi dibuatkan sama mamanya teman Zahra. Sewanya sekitar Rp100 ribuan, jadi worth it,” katanya.
*Donting Management dan Jejak Internasional*
Zahra juga mengenal baik Donting Management, sponsor tunggal Festival Galuh Pakuan Cup. Hubungan itu tak hanya sebatas festival budaya.
“Zahra tahu Donting karena Donting Management juga menangani Muay Thai. Bahkan Zahra pernah disponsori Donting ke Malaysia untuk tanding Muay Thai,” ujarnya.
Pengalaman internasional itu semakin memperkaya perjalanan Zahra sebagai atlet sekaligus seniman.
Prestasi dan Pendidikan Berjalan Seiring
Saat ini, Zahra duduk di kelas 3 SMA dan bersekolah di SMA Negeri 2 Subang, sekolah yang ia sebut sebagai sekolah impian. Prestasi di bidang seni dan olahraga turut membuka jalan pendidikan.
“Sertifikat dari Jaipong dan Muay Thai sangat berdampak. Zahra bisa masuk ke SMA Negeri 2 Subang,” katanya.
Harapan untuk Generasi Muda dan Pemerintah
Bagi Zahra, Festival Galuh Pakuan bukan sekadar ajang lomba, tetapi ruang pertemuan generasi muda dengan budaya.
“Semoga semakin banyak anak muda yang ikut melestarikan budaya Sunda. Tidak harus tari, bisa juga kegiatan positif lain yang mengembangkan diri,” ujarnya.
Ia juga berharap pemerintah dapat lebih aktif terlibat dalam festival kebudayaan yang terbukti menarik peserta lintas daerah.
“Mohon pemerintah ikut serta mewadahi festival seperti ini. Pesertanya bukan hanya dari Subang, tapi dari banyak daerah,” katanya.
Tentang penyelenggara dan sponsor, Zahra menutup dengan kalimat penuh antusiasme:
“Donting dan Galuh Pakuan, the best in the world!”
(red)







