banner 728x250

Insiden Kericuhan di TV One, Sunan Kalijaga Sebut Tim Kuasa Hukum drg Memprovokasi

Foto; Konferensi Pers Kericuhan terjadi di studio TV One saat berlangsungnya acara debat yang menghadirkan sejumlah narasumber, termasuk advokat Sunan Kalijaga, artis Emma Waroka, Barbie Kumalasari, dan Ayu Aulia, Jumat (15/8/2025). (Dok-Istimewa)

JAKARTA, POROSNUSANTARA.COM – Kericuhan terjadi di studio TV One saat berlangsungnya acara debat yang menghadirkan sejumlah narasumber, termasuk advokat Sunan Kalijaga, artis Emma Waroka, Barbie Kumalasari, dan Ayu Aulia.

Peristiwa itu berujung pada dugaan penyerangan terhadap Sunan Kalijaga oleh pihak yang disebutnya sebagai tim kuasa hukum dari seorang dokter gigi (drg) yang menjadi salah satu pihak dalam perdebatan.

Sunan Kalijaga, dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Jumat malam (15/8/2025). Menjelaskan bahwa ia datang sebagai narasumber dengan niat berdebat secara profesional.

Sejak awal sebelum acara dimulai, ia mengaku sudah merasakan adanya tindakan yang dianggap tidak menyenangkan dari pihak lawan.

Menurut Sunan, salah satu pengacara berinisial J yang mewakili pihak drg menghampirinya dengan cara yang tidak wajar, yakni menepuk dada dan bahu kanan sambil memalingkan wajah. Sunan menilai gestur tersebut sebagai bentuk intimidasi, bukan salam yang dilakukan dengan itikad baik.

Setelah acara selesai, Sunan menghampiri pengacara tersebut untuk menanyakan, “Ada masalah apa sama saya?” Namun, ia mengaku justru mendapat dorongan dari kelompok lawan.

“Saya tidak melakukan gerakan apa pun yang mengancam, saya hanya bertanya,” ujar Sunan.

Sunan menambahkan, setelah dorongan itu, pengacara tersebut mengepalkan tangan seolah siap memukul. Saat ia mencoba mendekat untuk menanyakan alasan tindakan tersebut, terjadi kerumunan.

Di tengah situasi itu, Sunan mengaku terkena pukulan di bagian kiri wajah dari arah samping yang tidak ia sadari sebelumnya.

Keterangan tambahan datang dari pihak yang hadir di lokasi, menyebutkan bahwa sebelum Sunan bersalaman dengan pengacara berinisial J, seorang penonton bernama Surya Bakti Batubara menghampiri dan diduga mendorong serta mengancam Sunan. Aksi tersebut memicu ketegangan yang berkembang menjadi kericuhan.

Rekaman video dan CCTV di studio disebut akan menjadi bukti bahwa Sunan sejak awal mencoba menjaga sikap profesional dan tidak memulai kontak fisik. Bahkan, Sunan mengaku sempat berkata,

“Kalau mau ribut sama saya, di luar, bukan di sini. Ini bukan ring tinju.”

Setelah kejadian, pelaku yang diduga memukul Sunan diamankan oleh pihak keamanan studio bersama kru TV One. Di hadapan Sunan, pelaku disebut mengucapkan permintaan maaf dan mengaku tidak sengaja melakukan kontak fisik. Pengakuan itu juga dituangkan dalam surat pernyataan tertulis yang dibuat secara sadar tanpa tekanan.

Namun, Sunan tetap menilai tindakan tersebut tidak bisa dibenarkan, terlebih dilakukan oleh sesama advokat. “Tidak boleh dong memukul orang lalu minta maaf begitu saja. Semua ada sebab dan akibat,” tegasnya.

Sunan juga mengungkap dugaan adanya pihak yang berperan di balik insiden. Ia menyebut nama seorang dokter bernama Andreas yang terlihat menerima telepon genggam dari pelaku sesaat setelah kejadian dan kemudian meninggalkan lokasi. Rekaman CCTV disebut merekam jelas momen tersebut.

Atas kejadian ini, Sunan bersama tim kuasa hukumnya melaporkan beberapa pihak, termasuk Surya Bakti Batubara, ke Polres Jakarta Selatan. Ia menegaskan akan menempuh jalur hukum demi menjaga marwah profesi advokat dan menegakkan keadilan.

Menutup pernyataannya, Sunan meminta maaf kepada pemirsa yang terganggu dengan kericuhan di layar kaca. Ia juga menegaskan datang ke acara untuk berdebat secara hukum, bukan untuk berkelahi.

“Saya datang sadar, tidak di bawah pengaruh apa pun, dan menjaga kredibilitas saya sebagai advokat. Tapi ketika saya didorong, mau dipukul, lalu dipukul beneran, saya rasa wajar kalau saya marah,” pungkasnya.

(Ayu Andriani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *