JAKARTA | POROSNUSANTARA.COM – Semangat kebangsaan berkobar di Halaman Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (19/12/2025). Dalam Upacara Peringatan Hari Bela Negara (HBN) ke-77, suara lantang menggema: bela negara bukan lagi tugas konvensional, tapi perang di medan baru: dunia maya dan pertarungan ideologi.
Kepala Badan Koordinator Wilayah Forum Kader Bela Negara (FKBN) Provinsi DKI Jakarta, Morris Kusoy, dengan tegas mendeklarasikan pergeseran paradigm itu di hadapan ratusan unsur pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dan elemen bela negara. Tema “Teguhkan Bela Negara untuk Indonesia Maju” dibawakan bukan sebagai slogan, melainkan sebagai seruan siaga.
“Ancaman hari ini tidak lagi datang dengan seragam dan senjata. Ia menyusup lewat hoaks yang memecah belah, narasi provokatif yang meracuni persatuan, dan perang informasi yang melemahkan karakter bangsa,” tegas Morris, menyasar langsung tantangan kekinian yang dihadapi generasi milenial dan Gen-Z.
Peringatan kali ini, menurut Morris, harus menjadi titik balik dari seremoni menjadi aksi kolektif. Bela negara diaktualisasikan dalam ketangguhan literasi digital, disiplin menyebarkan informasi yang benar, serta keteguhan memegang Pancasila sebagai tameng ideologis.
Konsolidasi Kekuatan Lintas Generasi Jadi Kunci
Momen HBN ke-77 juga menjadi panggung sejarah bagi konsolidasi kekuatan bela negara terbesar di Ibu Kota. Tampak hadir dan bersatu padu dalam barisan: FKBN, GBHN, Forkom Bela Negara, Menwa Jayakarta, IARMI, Senkom Mitra Polri, PPPAD, FKPPI, Purna Paskibraka Indonesia, hingga Forum Mahasiswa Kedinasan.
“Inilah kekuatan nyata! Sinergi lintas generasi dan organisasi inilah yang akan menjadi tameng hidup bagi masyarakat Jakarta dan Indonesia,” seru Morris.
Kolaborasi ini dinilai sebagai strategi jitu membangun “immune system” atau sistem kekebalan bangsa terhadap berbagai virus perpecahan.
Seruan Aksi untuk Kader Muda: Jadi Kontributor, Bukan Penonton!
Morris pun melontarkan tantangan langsung kepada kader muda dan seluruh rakyat.
“Bela negara bukan milik tentara atau veteran saja. Ia adalah panggilan setiap kita. Apapun profesimu: guru, dokter, content creator, wiraswasta, atau pelajar—kontribusikan keahlianmu untuk kemajuan bangsa dan jaga persatuan. Itulah wujud bela negara sejati di era sekarang.”ungkapnya.
Upacara khidmat itu ditutup dengan tekad membara: semangat bela negara harus hidup dalam denyut nadi sehari-hari. Hanya dengan kesadaran kolektif yang mengakar, fondasi Indonesia Maju dapat dibangun dengan kokoh, tak tergoyahkan oleh ancaman bentuk apapun. (*/ilham)





