banner 728x250

Rapat Paripurna, Ketum: Peran MUI Jaga Masa Depan Jakarta Seimbang Antara Kemajuan dan Keberkahan

JAKARTA | POROSNUSANTARA.COM – MUI Jakarta Rapat Paripurna Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta dibuka pada Selasa pagi, tanggal 9-10 Desember 2025 di Putri Duyung Cottage, Ancol Jakarta Utara. Dengan Tema Meneguhkan Peran MUI DKI Jakarta Sebagai Pelayan Umat dan Mitra Pemerintah yang Modern, Akuntabel dan Progresif.

Dibuka oleh Dewan Pertimbangan MUI Provinsi DKI Jakarta KH. Mahfudz Asirun, pembukaan rapat paripurna ini juga ditandai dengan Penandatanganan MoU MUI DKI Jakarta dengan Klinik Asshomadiyah Medicare Centre oleh Ketua Umum DKI Jakarta, KH. Muhammad Faiz dengan Dr. dr. Wan Nedra, S.PA dari Klinik Asshomadiyah Medicare Centre.

Ketua Umum MUI DKI Jakarta, KH. Muhammad Faiz dalam sambutannya mengatakan Jakarta terus berubah dengan cepat, kota ini tumbuh menjadi pusat global, berbagai budaya, ilmu pengetahuan, teknologi dan arus besar pemikiran dunia datang tanpa mengetuk pintu. Penduduk Jakarta sering kehilangan jeda waktu untuk mendengar detak jiwa dan suara nurani.

Dibalik gemerlap Jakarta dan arus globalisasi, kemajuan yang membawa begitu banyak perubahan, ada kegelisahan yang harus kita sadari yaitu menjaga peran MUI sebagai penjaga kebeningan hati dan akal masyarakat,” ucapnya.

Dalam kacamata tasaawuf, kota Jakarta yang semakin maju dan modern bukanlah ancaman. Ia adalah bagian ujian, tempat manusia belajar menjaga hati, akal dan budi agar tidak larut. MUI hadir sebagai penuntun, bukan dengan suara yang keras, tetapi dengan hikmah yang menyejukkan seperti seorang mursyid yang membimbing murid-muridnya kembali ke jalan yang lurus.

Disinilah pentingnya kita kembali merenungkan peran MUI sebuah lembaga yang tidak hanya memberi fatwa tapi menjadi penjaga arah moral umat. MUI bukan sekedar institusi. ia harus menjadi bagian dari instrumen forum cahaya yang menuntun masyarakat ditengah gelombang perubahan zaman. Peran MUI hari ini tidak boleh sebatas menuntun hukum dan fatwa, MUI adalah lentera moral, penerang, agar umat tidak tersesat di simpang-simpang modernitas.” Pungkasnya.

Ia menambahkan, bahwa yang paling berbahaya bukan gelombang globalisasi melainkan ketika manusia kehilangan arah dan membiarkan hati serta pikirannya lepas dari ikatan agama.

Peran MUI hari ini, bukan sekedar menjawab pertanyaan halal dan haram. Tetapi menjaga keseimbangan antara syariat yang tegas dan kasih sayang kemanusiaan, antara kemajuan dan akhlak, antara inovasi dan adab, antara tradisi yang diwariskan pada ulama dan dinamika zaman yang terus berkembang. Ketika MUI menguatkan pendidikan keagamaan, memandu ekonomi syariah, mengawal moderasi beragama, dan menghidupkan tradisi keilmuan.

Maka sesungguhnya MUI sedang menanam akar bagi masa depan Jakarta, Masa depan yang seimbang antara kemajuan dan keberkahan,” terangnya.

Peran MUI kembali pada jati dirinya, Ada begitu hal yang kita belajar, diantaranya reposisi dan reorientasi. MUI didesain diharapkan menjadi rumah besar dimana semua ormas nyaman, maka MUI seharusnya dialah konseptor, penjaga norma. Tekhnisnya diserahkan kepada ormas yang menjadi bagian MUI, jelasnya.

Dihadiri Ketua Dewan Pertimbangan MUI Provinsi DKI Jakarta, KH. Maulana Kamal Yusuf, KH. Mahfudz Asirun, Ketua Umum MUI DKI Jakarta, KH. Muhammad Faiz, Ketua MUI Terpilih Tingkat Kota dan Kabupaten, Ketua Ormas Islam tingkat provinsi DKI Jakarta dan segenap peserta Rapat Paripurna MUI DKI Jakarta serta Perwakilan Pemerintah DKI Jakarta.

Rapat paripurna ini masih berlangsung sampai Rabu besok dengan agenda pembacaan rekomendasi dan pembacaan hasil rapat paripurna.(Wit)

Editor: Darman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *