TANGERANG | POROSNUSANTARA.COM — Perayaan Natal tidak selalu hadir dalam kemeriahan lampu, pesta, dan kemegahan dekorasi. Bagi komunitas The Famous Club, Natal justru menemukan makna terdalamnya di ruang-ruang sunyi kehidupan: Panti Werdha, tempat para lansia menua dengan keterbatasan, namun tetap menyimpan harapan akan kehadiran dan kasih.
Momentum itu diwujudkan melalui Bakti Sosial dan Perayaan Natal bersama lansia di Panti Werdha Marfati tangerang dan Yayasan Sahabat Harapan Senja Tangerang, sekaligus menjadi bagian dari peringatan Anniversary ke-13 The Famous Club.
Ketua Panitia Bakti Sosial dan Anniversary ke-13 The Famous Club, Suriati didampingi rekan panitia, di antaranya Lucky Tjoa, Tahir Liwang, Yuliana S, Meizhen serta seluruh rombongan panitia dan para donatur, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar agenda seremonial, melainkan refleksi perjalanan panjang komunitasnya.
“Di usia The Famous Club yang ke-13, momen ini menjadi refleksi perjalanan kami sebagai komunitas untuk terus bertumbuh, bukan hanya dalam eksistensi, tetapi juga dalam kepekaan sosial dan kepedulian nyata,” ucap Suriati kepada Matanews.
Ia menambahkan, perayaan Natal ini mengingatkan kembali pada esensi kemanusiaan yang kerap terlupakan.
“Makna Natal yang sesungguhnya adalah hadir, peduli, dan berbagi kasih secara tulus kepada sesama,” katanya.
The Famous Club tidak hanya mengunjungi Panti Werdha Marfati, tetapi juga Yayasan Sahabat Harapan Senja. Keduanya dipilih karena menjadi rumah bagi para lansia yang membutuhkan lebih dari sekadar bantuan materi.
“Kami memilih Panti Werdha dan Yayasan Sahabat Harapan Senja karena para lansia di sana sangat membutuhkan perhatian, kehadiran, dan sentuhan kasih secara langsung,” ungkap Suriati.
Menurutnya, pesan utama yang ingin disampaikan kepada publik sangat sederhana namun mendasar: kepedulian tidak harus besar dan rumit.
“Hadir, mendengar, dan meluangkan waktu sudah sangat berarti. Lansia bukan untuk dilupakan, tetapi dihormati dan dirangkul sebagai bagian penting dari kehidupan bersama,” tegasnya.
Dalam kegiatan tersebut, menurut Suriati, membutuhkan perhatian berkelanjutan, baik secara fisik maupun emosional.
“Kebutuhan utama mereka bukan hanya bantuan materi seperti kebutuhan harian dan kesehatan, tetapi juga interaksi hangat agar mereka tetap merasa dihargai,” jelasnya.
Kesepian, keterasingan, dan minimnya interaksi sosial kerap menjadi beban tak kasatmata bagi para lansia—beban yang sering kali lebih berat daripada keterbatasan fisik.
Bantuan Nyata, Dampak Langsung
The Famous Club menyalurkan bantuan melalui penggalangan donasi, berupa kebutuhan pokok dan perlengkapan harian, yang disertai kehadiran langsung para anggota komunitas.
“Kami hadir tidak hanya membawa bantuan, tetapi juga kebersamaan, doa, dan interaksi hangat,” kata Suriati.
Dampaknya terlihat jelas
“Wajah mereka lebih ceria, ada rasa diperhatikan, dan semangat yang tumbuh karena mereka tahu masih ada yang peduli,” ujarnya.
Perayaan Natal bersama komunitas sosial ini memunculkan respons emosional yang mendalam dari para lansia.
“Mereka terlihat bahagia, terharu, dan merasa dihargai. Di tengah keterbatasan, kehadiran kami memberi penguatan bahwa mereka tidak sendiri,” tutur Suriati.
Natal, dalam konteks ini, menjelma menjadi perayaan kemanusiaan—bukan sekadar ritual keagamaan.
Berbeda dari perayaan ulang tahun pada umumnya, anniversary ke-13 The Famous Club justru dijadikan momentum menegaskan nilai sosial komunitas.
“Kebersamaan sejati harus berdampak. Solidaritas dan empati tidak boleh berhenti sebagai nilai internal, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata,” tegas Suriati.
*Komunitas Mengisi Celah Kepedulian*
Suriati juga menyoroti peran komunitas sosial dalam konteks pembangunan sosial.
“Kami hadir lebih dekat, lebih cepat, dan lebih personal. Bukan untuk menggantikan negara, tetapi melengkapinya,” katanya.
Menurutnya, aksi kecil yang dilakukan secara konsisten justru mampu memberi dampak langsung bagi masyarakat.
Kepada generasi muda, The Famous Club menyampaikan pesan Natal yang lugas dan tegas.
“Kepedulian dimulai dari hal kecil. Luangkan waktu, hadir, dan jangan acuh. Lansia tidak butuh dikasihani, tetapi dihargai dan ditemani,” ujar Suriati.
The Famous Club berharap kegiatan sosial ini tidak berhenti sebagai agenda tahunan.
“Kami ingin ini menjadi komitmen berkelanjutan, tidak hanya untuk panti werdha, tetapi juga panti lainnya dan penanganan bencana,” jelasnya.
Menutup wawancara, Suriati merangkum seluruh makna kegiatan tersebut dalam satu kalimat:
“Kemanusiaan hadir saat kita mau meluangkan waktu, peduli, dan berbagi kasih kepada mereka yang sering terlupakan.” (red)







